Sebuah pernikahan terjadi
karena cinta dua anak manusia. Selain cinta, antara perempuan dan
laki-laki sebaiknya memikirkan kesesuaian dan nilai-nilai kehidupan.
"Kalau
yang mau menikah, kita harus ada kesesuaian secara sosial, spiritual,
finansial, dan seksual dengan pasangan. Semua harus dibicarakan,
termasuk nilai-nilai dalam hidup," ujar psikolog seksual, Zoya Amirin.
Misalnya penyesuaian seksual, apakah dalam menikah perempuan atau laki-laki masih virgin
atau tidak, penyesuaian sosial, laki-lakinya suka clubbing, tetapi
perempuannya suka musik klasik. Penyesuaian finansial, bagi perempuan
sepatu dengan harga Rp1 juta tidak masalah, bagi laki-laki mahal,
sebaliknya laki-laki yang membeli lampu mobil seharga Rp1 juta itu
biasa, tetapi untuk perempuan mahal.
"Laki-laki suka clubbing dan mengajak pasangannya ikut clubbing, ya jangan ngaco. Cari kesesuainnya sama, kecuali istri suka musik classic, suami boleh pergi clubbing, pergi sendiri-sendiri, asal jangan sampai ribut," jelas Zoya.
Dalam
kehidupan, masih menurut Zoya, penyesuaian tidak akan pernah berhenti
utnuk dilakukan. Meskipun kita dan suami sudah banyak kecocokan, tetap
butuh adjustment atau penyesuaian.
"Pasti ada kompromi dan adjustment. Nggak mungkin pernikahan tanpa kompromi. Misalnya kompromi sudah 4x, adjustment-nya harusnya 5x. Kalau sama-sama 4x, sudah bahaya," kata alumni dari Universitas Indonesia tersebut.
Zoya
membedakan antara kompromi dan penyesuaian. Kompromi: "ya sebenarnya
daripada ribut, biar dia aja deh" dan hasilnya memaksa salah satu pihak.
Sedangkan penyesuaian: "iya ya, kalau suami saya begini, efeknya akan
ini" dan hasilnya ada penerimaan kedua belah pihak.
"Dalam kehidupan, never ending adjustment, dan idealnya harus banyak adjustment daripada kompromi," Zoya menambahkan.
Sumber:
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar