Iklan

Jumat, 21 Juni 2013

Kesetiaan Ayam Betina

Oleh Balya Nur

Sebagai ayam betina aku tidak seharusnya setia pada satu ayam jantan.Ayam jantan tetanggaku berbulu kuning,hitam,abu-abu.Ayam jantan paling tampan,setidaknya menurutku.Dia tahu,anak-anak yang aku tetaskan hasil hubunganku dengan hanya kepadanya.
Sebulan lalu,Ayam jantan pujaanku itu dibeli oleh seorang kaya,yang berkali-kali datang dengan mobil mewahnya.Orang kaya itu memang sering datang,tawar menawar dengan majikan pejantan pujaanku.Aku khawatir akan kehilangan dia,tapi dia berhasil meyakinkanku,”Tidak mungkin aku dijual dengan harga berapapun,” katanya bangga.Aku memang bangga kepadanya.Banyak pemilik ayam betina minta ayam betinanya dikawinkan dengan ayam jantan pujaanku itu.
“Aku cuma menuruti kemauan majikanku,” kata jantanku suatu hari.
“Tidak apa,sebagai ayam jantan itu kan memang sudah tugasmu ,membuahi ayam betina,bukan cuma aku.Sebagai betina kesetiaan itu sudah tertulis sejak aku lahir sampai mati.Sementara para pejantan mencari betina lain,kami para betina menetaskan,merawat anak-anak kami. Kami cukup bangga dan bahagia walaupun setelah dewasa,anak-nak kami melupakan induknya.”
“ Sebagai ayam betina juga kamu kan seharusnya bisa kawin dengan banyak pejantan,bukan cuma aku. “
“Aku ayam betina yang berbeda.”
“Aku juga ayam jantan yang berbeda.”
“Majikanmu keluarga yang bahagia.”
Pejantanku diam.Dia mengerti keadaanku.Sejak kecil aku ditemukan oleh majikanku di selokan depan rumahnya.Seharian aku berada di sana,ditinggal ole indukku.Aku mendengar indukku memanggilku,aku menciap sekeras-kerasnya.Tiba-tiba suarau indukku menghilang.Aku tidak tahu,apakah ada orang yang menculik indukku.Atau ada sebab lain.Suara beberapa sudaraku juga tidak terdengar lagi.
Majikanku merawatku seperti seperti merawat anaknya sendiri.Tepatnya, aku dianggapnya sebagai anaknya,karena dia tidak mempunyai anak. Suaminya beberapa tahun lalu,menurut ceritanya, diculik karena persoalan poilitik.Dia sudah mencari tanpa mengenal lelah,tapi tak ada hasil.
Majikanku wanita paruh baya yang masih nampak cantik,sangat setia pada suaminya.Dia tetap berharap suatu saat suaminya kembali.Barangkali sifatnya menurun kepadaku.Aku seperti menjadi setengah ayam setengah manusia.
Buluku terasa rontok ketika pemilik mobil mewah itu benar-benar membelinya.Sebelum masuk ke dalam mobil ,pejantan pujaanku berkokok keras sekali,beberapa orang bertepuk tangan dengan bangga,terlebih orang kaya itu.Mereka tidak tahu,ada ayam betina yang menjerit ,aku beretriak sekeras-kerasnya.
“ Bu,ayamnya mau bertelur tuh,” kata seseorang pada majikanku.
Majikanku keluar dari dalam rumah.Aku berlari mengejar mobil mewah itu.Majikanku mengejarku,berhasil menangkapku.
“ Ayo,berpikir normal,mana mampu kamu mengejar mobil itu? Kalau toh mobil itu berhenti,kamu bisa berbuat apa? Pejantanmu sudah menjadi milik orang lain.”Majikanku mengelus buluku dengan penuh kasih sayang yang tulus.Aku luruh dalam pelukannya.
“Yakinkan saja dalam dirimu,suatu saat dia akan datang mengunjungimu,atau paling tidak,di tempatnya yang baru dia selalu mengingatmu.Kerinduannya akan dibawa angin,kau akan merasakan setiap angin bertiup.”

Hari-hariku terasa berat.Ada beberapa ayam jantan berusaha mengodaku.Aku menolaknya dengan segala cara.Selera makanku juga hilang.Aku tidak bernafsu memakan beras yang diberikan oleh majiakanku.
“ Kamu harus makan,” kata majikanku. “Menunggu harus dengan tubuh yang sehat.”
Aku memakan beberapa butir beras,perutku terasa mual.
“ Kita sama-sama kehilangan.” Majikanku memelukku.Menyodorkan beras di tangannya ke depanku.Aku paksakan memakan beberapa butir.
“Ya, sudah. Aku taruh di sini saja.” Majikanku menaruh beras di tanah.Tangannya mengelus-elus buluku.Pipinya di tempelkan pada paruhku. “Kamu sudah merasakan salam rindunya yang dititipkan lewat angin? Aku hafal aroma keringat suamiku.setiap angin membelaiku,aku seperti dibelai oleh rasa rindu suamiku,mungkin saja dia sudah berada dalam tanah entah di mana.Iklim politik sudah berganti,penguasa yang sekarang tidak mau menanggung beban warisan penguasa masa lalu.Aku yakin mereka tahu keadan suamiku,tapi mereka terus mengulur waktu.Mereka menyangka suatu saat aku akan lupa atau bosan bertanya.Mereka tidak tahu,angin setiap hari terus bertiup,membelai rindu kita.”

Aku ingin menangis,tapi tidak tahu caranya.

Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...